Harga Gula Melonjak, Anleg NTB Desak Pemda Gelar OP

Dengar.id, MATARAM – Harga gula di NTB akhir-akhir ini terus mengalami kenaikan. Sekilo sudah mencapai minimal Rp17.000 bahkan ada juga yang menjual hingga Rp20.000.

Kenaikan harga ini sangat dirasakan para ibu rumah tangga. Lebih-lebih pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Karena itu, pantas disebut harga gula saat ini tidak lagi manis.

Anggota Komisi II DPRD NTB, H. Abdul Hadi mengatakan, guna mengembalikan harga bahan pokok, salah satunya adalah gula dalam kondisi stabil. Pemprov NTB harus menjalankan peran dan fungsinya sebagaimana mestinya.

Politisi PKS ini menegaskan, agar pemerintah segera menjaga stabilitas harga dan melindungi konsumen dari dampak inflasi yang mungkin timbul akibat kenaikan harga gula.

“Pemerintah juga harus segera mengambil tindakan yang efektif untuk merespons situasi ini misalnya dengan menggelar operasi pasar (OP),”

Jika tidak bisa dikendalikan, lanjut Hadi, maka hal tersebut akan menjadi catatan Kemendagri dalam evaluasi triwulan Penjabat (Pj) Kepala Daerah.

“Jika tidak bisa dikendalikan, bisa menjadi bahan evaluasi pemerintah pusat kepada Pj Kepala Daerah yang ada, karena akan ada evaluasi setiap 3 bulan. Banyak Pj Kepala Daerah yang tidak bisa kendalikan inflasi langsung diganti pemerintah pusat,” jelasnya.

Sebelumnya, Kepala Biro Ekonomi Setda Provinsi NTB, Wirajaya Kusuma juga mengomentari, soal kenaikan harga gula ini.

Dikatakannya, fenomena kenaikan harga gula bukan hanya terjadi di NTB. Tapi di seluruh wilayah Indonesia juga mengalami kenaikan.

“Kalau di NTB memang kita punya pabrik gula, tapi masih kekurangan bahan bakunya. Sehingga belum bisa memenuhi kebutuhan pasar-pasar di NTB,” kata Wirajaya.

Selain itu, kenaikan harga gula juga disebabkan suplai dan demand tidak seimbang. Karena ketersediaan stok gula di pasaran dengan permintaan itu akan berpengaruh.
“Ketika stok terbatas dan permintaan tinggi itu pasti akan naik (harganya),” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Provinsi NTB, Baiq Nelly Yuniarti mengatakan, kenaikan harga gula di NTB disebabkan kurangnya pasokan dari luar. Juga dipengaruhi kondisi pasar internasional.

“Kita punya pabrik gula, tapi bahan bakunya juga impor, ini yang membuat pasokan gula kita berkurang. Jadi bukan tidak ada, tapi karena pasokan kurang maka harganya naik,” katanya.

Lantaran pasokan yang kurang. Nelly mengaku, pihaknya tidak bisa terlalu mengintervensi harga tersebut.

“Kalau kita mau lakukan operasi pasar juga tidak bisa. Kami hanya menyarankan untuk mengurangi konsumsi gula, dan mulai beralih ke penggunaan gula jagung,” pungkas Nelly.

Komentar