Dengar.id, NTB – Nama Hindara Dania, pelajar SMAN 1 Tanjung yang diterima di dua kampus di Amerika Serikat, kini sedang ramai diperbincangkan publik.
Prestasi dan pencapaian ini dibilang paling mentereng buat seorang pelajar asal Kabupaten Lombok Utara (KLU) dan Nusa Tenggara Barat pada umumnya. Sejumlah reaksi dan apresiasi pun kini mengalir di dunia nyata dan dunia maya medsos terutama Facebok.
Yang paling menonjol adalah tanggap dari akun facebook @Edi Ramawijaya Putra yang diposting Senin 4 April 2022 kemarin. Pemilik akun ini diketahui adalah Doktor Bahasa Inggris asal KLU di STABN Sriwijaya Tangerang-Banten.
Dalam unggahannya pada pukul 07.47 Wita ini, Doktor Edi mengungkapkan rasa bangga dan turut senangnya atas tawaran beasiswa (offering scholarship) yang diraih Hindara Dania dari Elizabeth Town College, Pennsylvania, Amerika Serikat.
Namun, alumni jurusan Magister Pendidikan Bahasa Inggris Uhamka Jakarta ini, me’warning’ dan berpesan kepada anak-anak KLU khususnya jika mendapatkan jenis tawaran yang disebut ‘merit-based scholarship eligibility’ (beasiswa menurut prestasi) untuk lebih selektif dan berhati-hati.
”Selalu cek dan mengecek kembali website resmi dan lembaga peguruan tinggi di luar negeri. Semakin well-established dan reputasinya baik maka semakin lengkap informasi dalam website tersebut,” katanya.
Setelah memastikan website perguruan tinggi tersebut, saran Alumni SMPN 1 Tanjung ini, baru di konsultasikan melalui PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) di negara tersebut tentang legalitas kampus yang dituju.
Ia menambahkan, jika mendapatkan tawaran beasiswa terbatas (bukan fully-funded) hingga lulus maka perhatikan tution fee (biaya kuliah) dan biaya lain yang harus dibayar selama kuliah.
”Dalam casa Dania ini hanya mendapatkan 18.000 ditambah 3000 USD menjadi 21.000 USD/year. Namun web yang saya telusuri 1 orang siswa internasional harus membayar 46.930/year artinya ada selisih 25.930 USD jika dikonversikan ke Rupiah 363.020.000 (kurs 14.000/1 USD saat ini),” bebernya.
“Biaya ini sangat besar bila dibandingkan dengan kuliah di Politeknik Negeri di dalam negeri dengan degree yang sama,” sambungnya.
Dalam postingannya yang kini di mantion 68 orang, 46 komentar dan 44 kali dibagikan ini, Doktor Edi secara lugas mempertanyakan kinerja Dinas Pendidikan dan Pemuda Olah Raga (Dikpora) KLU.
Menurutnya, Dikpora harusnya memberikan penyuluhan atau Bimtek kepada anak-anak KLU dalam memilih dan memilah perguruan tinggi.
”Terutama pemanfaatan beasiswa melalui LPDP, Ausaid, Fullbright, Erasmus dan lainnya yang jelas legitimate dan tidak berpotensi merugikan generasi masa depan daerah berjulukan dayan gunung ini,” tegasnya.
Terakhir, Edi menjelaskan bahwannya di jaman Bupati terdahulu (Najmul Akhyar) dirinya sempat dipercayai sebagai koordinator beasiswa afirmasi LPDP dan persiapan TOEFL juga IELTS serta penyusunan Statement of Objectives dan panduan mendapatkan LoA (Letter of Accpetance).
”Kami berhasil mengantarkan anak-anak KLU ke jenjang kampus dalam dan luar negeri mulai dari Diploma hingga Strata tiga,” akunya.
Ia berharap, Bupati KLU dan jajarannya untuk terus melanjutkan hal-hal baik dari Bupati yang terdahulu. ”Beda rezim beda orang tidak apa-apa. Tapi hal-hal yang baik jadi best practice ya dilanjutkan,” imbuhnya.
”Jangan hanya jargon inovasi melulu, tapi fokusnya bangun gedung Kantor Bupati. Ingat, hanya sebagian kecil orang KLU (ASN, red) dan oligarki yang menikmati kemegahan kantor tersebut. Tapi lewat pendidikan akan menguatkan fondasi warga kita,” pungkasnya.
Komentar