Batam Pro-Am Golf 2025 Bukti Industri Golf Kian Menguat

Batam – Industri golf di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan signifikan dan kini menjadi salah satu cabang olahraga dengan dampak ekonomi terbesar. Hal ini disampaikan oleh akademisi Universitas Negeri Jakarta, Yafi Velyan Mahyudi, yang menegaskan bahwa golfbaik amatir maupun profesionaltelah lama berkembang sebagai olahraga berbasis industri dengan ekosistem ekonomi yang luas.

Menurut Yafi, karakter industri golf terlihat mulai dari pembangunan padang golf yang membutuhkan investasi besar, hingga operasional hariannya yang melibatkan berbagai sektor ekonomi. Salah satu acara yang mencerminkan besarnya industri golf adalah Batam Pro-Am Golf 2025 yang digelar pada 22 November di Palm Spring Golf, Nongsa. Turnamen yang mempertemukan pegolf profesional dan amatir ini diprakarsai oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) sebagai bagian dari program strategis menjaring atlet berpotensi untuk bersaing di level internasional.

“Setiap padang golf mempekerjakan banyak tenaga kerja dan menghidupkan UMKM di sekitarnya. Mulai dari perawatan rumput, operator golf cart, caddy, hingga industri kuliner dan transportasi. Ini rantai ekonomi besar yang berjalan setiap hari,” ujar Yafi (22/11/2025).

Ia mencontohkan kondisi Batam, kota dengan enam padang golf yang hampir selalu penuh. Meski lapangannya luas dan tampak sepi, ribuan pemain datang setiap hari dan menciptakan aktivitas ekonomi yang masif.

“Lihat saja parkirannya. Dari situ kita tahu berapa banyak orang datang. Mereka main berjam – jam, makan, minum, sewa alat, dan menggunakan berbagai layanan. Semua itu menciptakan perputaran ekonomi yang besar,” jelasnya.

Event golf juga menawarkan hadiah besar, termasuk mobil mewah untuk kategori hole-in-one, sehingga menarik banyak sponsor. Turnamen nasional dan internasional bahkan menjadi magnet bagi sektor pariwisata.

Batam disebut sebagai salah satu destinasi unggulan wisata golf. Banyak wisatawan dari Singapura, Malaysia, Eropa, hingga Timur Tengah memilih Batam karena akses yang mudah dan biaya yang lebih terjangkau.

“Kalau ada event diumumkan, golfer asing langsung terbang ke Batam. Mereka menginap, makan, sewa transpoortasi, dan berpindah – pindah lapangan untuk mencari tantangan berbeda. Ini yang membuat indsutri wisata golf hidup,” kata Yafi.

Dalam satu event nasional dengan 200 – 300 peserta, pengeluaran per golfer diperkirakan mencapai Rp7 juta Rp10 juta, mencakup tiket perjalanan, hotel berbintang, biaya lapangan, hingga konsumsi.

“Kalau 200 peserta mengeluarkan 10 juta per orang, itu sudah 2 miliar rupiah hanya dari peserta. Belum termasuk pendamping, tim, sponsor, dan hadiah,” ungkapnya

Jika dihitung secara nasional, Yafi meyakini industri golf Indonesia dapat mencapai nilai triliunan rupiah per tahun, mengingat aktivitas yang berlangsung setiap hari di ratusan padang golf.

“Liga sepak bola saja menghasilkan lebih dari 10,4 triliun rupiah setahun. Golf beroperasi setiap hari, bukan hanya dua kali seminggu seperti sepak bola. Maka saya sangat yakin angkanya bisa mencapai triliunan rupiah,” jelasnya.

Meski sering dianggap sebagai olahraga elit, Yafi menegaskan bahwa manfaat ekonomi golf justru banyak dirasakan masyarakat ekonomi menengah bawah, mulai dari pekerja lapangan, caddy, petugas kebersihan, hingga UMKM kuliner dan transportasi.

“Golf tidak memiskinkan rakyat kecil. Justru menjadi sumber penghidupan. Mereka dapat gaji, bonus, hingga tips dari pemain. Ketika lapangan ramai kesejahteraan mereka meningkat,” tambahnya.

Selain itu, meningkatnya okupansi hotel, restoran, dan penggunaan transportasi juga turut menaikkan pendapatan daerah melalui pajak.

Dengan berbagai indikator tersebut, Yafi menegaskan bahwa golf merupakan cabang olahraga strategis yang perlu dikembangkan sebagai industri berkelanjutan di Indonesia.

“Golf bukan hanya olahraga, tetapi sektor industri dengan dampak luas bagi pariwisata, UMKM, tenaga kerja, dan pendapatan daerah. Dan fakta bahwa hampir tidak ada padang golf yang tutup menujukkan industrinya sangat sehat,” tutup Yafi.

Mayoritas pemain berasal dari kelompok ekonomi menengah atas, menjadikan golf tidak hanya sebagai olahraga rekreasi, tetapi juga ruang jejaring bisnis.

Komentar

News Feed