Pawai Rimpu Kota Bima Diikuti Puluhan Peserta

Puluhan ribu warga masyarakat bertumpah ruah di acara pawai rimpu, pada puncak perayaan Festival Rimpu Mantika 2025 Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu.

Pawai ini, menjadi agenda utama dalam rangkaian event tahunan yang masuk 110 Kharisma Event Nusantara (KEN) dengan tema “The Jewel of Bima” ini.

Pantauan media ini, sejak pukul 06.20 Wita peserta sudah berdesakan dan memenuhi lokasi star di Paruga Nae Convention Hall. Mereka datang dengan mengenakan busana tradisional Rimpu, simbol kehormatan dan identitas perempuan suku Mbojo. Sedangkan, yang lelaki memakai Sambolo dan Saremba Tembe.

Pawai ini, secara resmi dilepas oleh Wali Kota Bima H. A. Rahman bersama Direktur Fasyen Kementrian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) RI, Rohani Astuti.

Ia memuji, pelaksanaan Festival Rimpu Mantika 2025 dan apresiasi atas antusiasme masyarakat dalam melestarikan budaya lokal melalui festival ini.

“Saya memberikan apresiasi dan penghargaan kepada Pemerintah Kota (Pemkot Bima) juga pada masyarakat yang sudah berpartisipasi,” ungkapnya.

Menurutnya, festival ini adalah kolaborasi budaya dan ekraf lokal yang menjadi kebanggaan nasional.

“Ini membuktikan bahwa Festival Rimpu Mantika bukan hanya milik daerah, tetapi juga menjadi kebanggaan nasional,” tandasnya.

Lebih lanjut Rohani Astuti menyatakan, bahwa Kemenparekraf mendukung penuh pengembangan budaya lokal sebagai bagian dari industri kreatif nasional.

“Rimpu sebagai aset budaya yang potensial untuk diperkenalkan ke tingkat internasional,” paparnya.

Sementara itu, Wali Kota Bima H. A Rahman menegaskan, Festival Rimpu Mantika adalah event tahunan yang menjadi kebanggaan Kota Bima.

“Ini adalah bentuk nyata kecintaan masyarakat terhadap budayanya sendiri. Rimpu bukan hanya warisan, tetapi jati diri,” ujarnya.

Dikatakannya, Festival Rimpu Mantika juga sebagai ruang ekspresi budaya, ruang kolaborasi ekonomi kreatif, dan sekaligus panggung promosi pariwisata.

“Kami persembahkan Festival Rimpu Mantika tahun ini dalam kemasan yang lebih inklusif, lebih kaya warna serta sarat makna dan filosofi tentang peradaban masyarakat kita,” papar Wali Kota.

Pria yang akrab disapa Aji Man mejelaskan, bagi orang Bima, rimpu tidak sekadar kain tenun yang dililitkan di kepala. Namun, simbol kehormatan perempuan Bima. Festival Rimpu juga akan menjadi bagian langkah konkrit Pemkot Bima dalam mendukung visi pembangunan daerah berbasis budaya dan kearifan lokal.

“Kami percaya dan meyakini, budaya rimpu bukan hanya milik masa lalu, tetapi juga kunci menatap masa depan,” pungkasnya.

Pawai yang berakhir di Lapangan Serasuba ini, juga diikuti oleh TNI-Polri, BUMN, BUMD, berbagai komunitas, pelajar, ASN, serta paguyuban etnis dari berbagai daerah di Indonesia yang bermukim di Kota Bima. Suasana kota dipenuhi warna-warni kain Nggoli berbentuk Rimpu, Sambolo, dan Tembe (Sarung). Semangat kebersamaan yang mencerminkan harmoni dalam keberagaman.

Setelah berjalan kaki sekitar 1 KM. Para peserta, disuguhkan sejumlah hiburan bernuansa budaya dan mengikuti undian doorprize dengan hadiah utama lima unit sepeda motor juga puluhan hadiah menarik.

Komentar